Sunday, May 30, 2010

Confession~


Tak sanggup menyapa. Meskipun aku ingin sekali. Hanya sekadar menyanyakan,

“Apa kabarmu??”. Sekarang rasanya begitu sulit untuk dilakukan. Berulang kali ku yakinkan diriku sendiri, agar dapat mengendalikan perasaanku, mengendalikan diriku, mengendalikan keinginanku, dan berfikir rasional menggunakan logika; untuk tak lagi mengganggumu, tak lagi menghubungimu. Karena tak berani aku.


Karena anggapku, kau tak ingin lagi ada aku. Karena anggapku, kau sudah melupakanku. Karena anggapku, dihatimu tak lagi ada aku. Karena anggapku, kau tak peduli lagi padaku. Memang, aku tak pernah menannyakan langsung padamu, karena tak berani aku. Entah sejak kapan, aku jadi pengecut. Entah sejak kapan aku menjadi skeptis terhadap itu.


Aku tahu, pada akhirnya mungkin suatu saat nanti aku akan lupa. Tapi entah kapan. Dan menjelang hari itu datang, kadang masih ada sedikit bayang-bayang maupun kenangan yang menghantui, meminta untuk dipikirkan. Seperti saat ini.


Pada akhirnya, suatu saat nanti, aku akan malu mengakui ini. Bahwa aku masih mengingatmu (jika kata rindu terlalu berlebihan untukmu). Pikirku, berulang kali, ini yang terbaik. Sendiri. Karena aku tak lagi berani mencintai. Entah kapan sampai aku benar2 siap. Karena kupikir, derita bernama kehilangan terlalu berat untuk ku. Karena kupikir, kata cinta berarti totalitas yang kuberikan. Maka aku memasang perisaiku lagi, untuk melindungi diriku sendiri.


Mungkin hanya kata ‘menghargai’yang bisa menggambarkan rasaku. Bahwa aku menghargai hidupmu, maka aku tak lagi mengganggumu. Aku menghargai keputusanmu, maka aku tak lagi mengharapkanmu. Aku menghargai kejujuranmu, maka aku tak bertanya alasanmu, maka aku percaya padamu. Aku tak lagi menemuimu, maka aku menghargai keadaanmu. Aku menghargai perasaanmu dan aku menghargai perasaanku sendiri.


Aku ingin selalu tersenyum. Walaupun ada atau tiada cintaku. Karena bukan hanya itu alasanku tersenyum. Dan aku ingin selalu jujur, pada apa yang kurasa, pada apa yang kuingin, pada apa yang kupercaya. Dan sekarang aku bertanya, “Apa kabarmu??”


Friday, May 28, 2010

Tentang Awan dan Matahari

Aku menyukai langit dan matahari, awan yang berarak tidak akan pernah sama. Baik warna maupun bentuknya, selalu bergerak dan terlihat lembut. Sedangkan matahari, walaupun kadang tak ramah, tapi terlihat gagah dan selalu ceria.


Dua keindahahan yang apabila ditangkap mata, memiliki suatu kesan sendiri. Kadangkala mereka bisa membuat senyum merekah, atau ketika warnanya berubah kelabu, ada kesan sedih yang tiba-tiba tersingkap.


Tapi aku seringkali malu, pada mentari yang setia setiap hari dengan sinarnya. Tegar menyongsong hari. Membuatku berfikir, rasanya banyak alasan untuk selalu ceria dan tentunya menebarkan keceriaan.

Dan langit, tak pernah tampak sama setiap harinya. Biarkan aku menjadi baru, terus bergerak perlahan, berirama, dan berwarna..


Biarlah, hari berlalu. Tapi akan selalu ada esok hari untuk terus dinanti..

Wednesday, May 26, 2010

Episode Hujan


Aku tidak membenci huJan, sungguh.

Tapi kesan suram atau mungkin suram itu yang membuatku kadang tak menyukainya.

Ahh.. saLah aku menyaLahkannya.

padahaL Jika suasana hatiku baik, aku sangat amat menyukainya.

Seakan membawa kedamaian, keseJukan di hatiku.

Aku menyukainya, sungguh.

Rinainya yang seperti tirai di Langit, pemandangan indah.

beLum Lagi baunya. Sangat khas.

Dan, terkadang terpikir sosoknya yang berdiri daLam huJan.

Dan aku, yang berdiri kesepian.

Merindukannya.